Rabu, 16 Juni 2010

MANUSIA SEBAGAI MAHLUK SOSIAL

Manusia selain merupakan mahluk mono dualis , manusia juga di sebut mahluk sosial. Artinya manusia memiliki kemempuan , kebutuhan, dan kebiasaan untuk berkomunikasi, berinteraksi serta berkelompok dengen manusia yang lain. Kemampuan dan kebiasaan berkelompok disebut juga dengan istilah "Zoon Politicon".
Istilah manusia sebagai Zoon Politicon pertama kali dikemukakan oleh Aristoteles, yang artinya manusia sebagai binatang politik. Argumen yang mendasari pernyataan ini adalah bahwa manusia sebagaimana binatang yang lain hidupnya suka mengelompok. Namun sifat mengelompok antara manusia dan binatang berbeda, hewan mengandalkan naluri sedangkan manusia melalui proses belajar. Sifat berkelompok pada manusia didasari pada kemampuan untuk berkomunikasi, mengungkapkan rasa, dan kemampuan untuk saling bekerja sama. Selain itu, ada juga kepemilikan nilai pada manusia untuk hidup bersama dalam kelompok, yaitu nilai kesatuan, nilai solidaritas, nilai kebersamaan, dan nilai berorganisasi.
Pada dasarnya manusia dilahirkan sebagai suatu bangsa tertentu dengan adat kebudayaan tertentu tetapi dia tetap merupakan individu tertentu. Sebagai anggota suatu masyarakat, seseorang berkewajiban untuk berperan dan menyesuiakan diri serta bekerja sama dengan masyarakatnya. Manusia dan masyarakatnya merupakan realitas yang saling memajukan dan saling memperkembangkan, karena pada dasarnya manusia memiliki dimensi kesosialan.
Dimensi kesosialan manusia tumbuh berkat adanya saling membutuhkan untuk saling membantu, saling melengkapi antar mereka, baik anak-anak maupun orangtua dan manusia lainnya. Jika bayi pada dasarnya memang keadaannya lemah sehingga jelas dapat dipahami bila mereka tergantung pada orangtuanya atau orang lain yang memiliki pengaruh pada mereka, lalu bagaimanakah kondisi orangtua atau mereka yang memiliki pengaruh pada peserta didik? Ternyata mereka pun membutuhkan para peserta didik yang lemah dan membutuhkan pertolongan, karena dengan membantu atau menolong yang "lemah" maka yang "kuat" timbul rasa harga dirinya, yang selanjutnya menjadikan mereka merasa bahagia.Kebahagiaan seseorang dapat timbul karena mampu memenuhi kebutuhan pribadinya, tetapi kebahagiaan itu baru terasa lengkap bila dapat dirasakan bersama-sama dengan warga kelompoknya, apakah itu dengan keluarganya, desanya, sukunya, bangsanya, umat manusia ataukah sesama mahluknya, seluruh jagad raya atu macrocosmos ini.
Menurut LANGEVELD, adanya kesediaan untuk saling memberi dan menerima itu dipandang sebagai kunci sukses pergaulan. Adanya dorongan untuk menerima dan memberi itu sudah menggejala mulai pada masa bayi. Seperti yang telah dikemukakan di atas, seorang bayi sudah dapat menyambut atau menerima belaian ibunyadengab rasa senang, kemudian sebagai balasan ia dapat memberikan senyuman kepada lingkungannya, khususnya pada ibunya. Kelak jika sudah dewasa dan menduduki status atau pekerjaan tertentu, dorongan menerima dan memberi itu berubah menjadi kesadaran akan hak yang harus diterima dan kewajiban yang harus dilaksanakan untuk kepentingan pihak lain sebagai realasasi dari memberi.
Adanya dimensi kesosialan pada diri manusia tampak lebih jelas pada dorongan untuk bergaul. Dengan adanya dorongan untuk bergaul, setiap orang ingin bertemu dengan sesamanya.Betapa kuatnya dorongan tersebut sehingga bila dipenjarakan merupakan hukuman yang paling berat dirasakan oleh manusia,karena dengan dia diasingkan di dalam penjara berarti diputuskannya dorongan bergaul secara mutlak. Tanpa orang menyadari sebenarnya ada alasan yang cukup kuat. Bukankah tidak ada orang yang dapat hidup tanpa bantuan orang lain? kenyataan ini tidak hanya berlaku pada bayi yang belum berdaya. Bantuan dari orang lain itu tetap diperlukan pada masa anak, remaja, setelah dewasa, bahkan sampai kepada sisa-sisa usia dalam kehidupan seseorang. IMMANUEL KANT seorang filosof tersohor bangsa jerman menyatakan: "Manusia hanya akan menjadi manusia jika berada diantara manusia". Kiranya tidak usah dipersalahkan bahwa tidak ada seorang manusiapun yang dapat hidup seorang diri lengkap dengan syarat hakikat kemanusiaannya di tempat terasing yang terisolir. Mengapa demikian? Sebabnya, orang hanya dapat mengembangkan individualitasnya di dalam pergaulan sosial. Seseorang dapat mengembangkan kegemarannya, sikapnya, cita-citanya di dalam interaksi dengan sesamanya. Seseorang berkesempatan untuk belajar dari orang lain, mengidentifikasi sifat-sifat yang dikagumi dari orang lain untuk dimilikinya. Serta menolak sifat-sifat yang tidak dicocockinya. Hanya di dalam berinteraksi dengan sesamanya dalam saling menerima dan memberi,seseorang menyadari dan menghayati kemanusiaan. Banyak bukti yang menunjukkan bahwa anak manusia tidak akan menjadi manusia bila tidak berada diantara manusia, antara lain cerita tentang manusia terpencil yaitu anak-anak yang di ketemukan oleh seseorang pendita bangsa India yaitu Mr.SINGH, dalam sebuah gua yang waktu itu keadaannya sedang berburu. Anak yang besar(Kamala) berumur delapan tahun dan anak yang kecil(Amala) berumur satu setengah tahun. Amala kemudian meninggal, tetapi Kamala mencapai usia 17 tahun. Pada waktu ditangkap dia memprlihatkan tingkah laku seekor serigala(Mayor Polak, 1959:21).
Kekuatan manusia pada hakikatnya tidak terletak pada kemampuan fisiknya atau kemampuan jiwanya sebagai individu, melainkan terletak pada kemampuannya untuk bekerja sama dengan manusia lainnya. Dengan interaksi dan interpedensi dalam masyarakat itulah manusia menciptakan kebudayaan. Dari dimensi ini manusia yang utuh adalah manusia yang mampu mengembangkan hubungan dengan masyarakatnya secara selaras, serasi, seimbang. Selaras menggambarkan keadaan hubungan yang tertib, teratur, aman, dan damai hingga dalam mengejar kebahagiaan selalu terpelihara ketentraman lahir dan batin. Serasi bermakna sebagai keadaan yang menggambarkan terpadunya unsur-unsur yang terlibat dalam kehidupan bersama antara individu dan masyarakat(orang lain). Dalam mewujudkan tata kehidupannya terbentuk suatu kesatuan yang tersusun serasi. Kita dapat menggambarkan adanya keluarga yang serasi dimana hidup bersama antar unsur ayah, ibu, dan anak-anaknya terwujud suatu hubungan yang serasi. Jika salah satu unsur hilang atau tidak bersedia bekerja sama, maka akan terasa adanya suatu kehilangan, dan bahkan mengganggu eksistensi kehidupan.

Kondisi masyarakat Indonesia(hedonisme/modernisasi)

Modernisasi :"Proses pergeseran sikap dan metalitas sebagai warga masyarakat untuk dapat hidup sesuai dengan tuntutani masa kini."(KBBI,hal.751)
Contoh : Dilihat dari kondisi sosial budaya misalnya kaum remaja berada dalam kondisi yang sangat memprihatinkan. Kondisi ini tidak lepas dari pengaruh gelombang modernisasi yang memporakporandakan sistem tatanan sosial budaya masyarakat khususnya generasi muda. Setiap remaja menganggap banyak hal yang d hadapi dalam kehidupannya sehari-hari merupakan problema dan tantangan yang ingin mereka ketahui bagaimana cara menghadapinya. Dalam perkembangan masa remaja, peranan lingkungan sangat berdampak besar, baik lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Oleh karena itu perlu adanya perhatian dalam setiap perkembangannya, jika tidak maka akan terjadi penyimpangan-penyimpangan nilai moral, antara lain:
1.penyalahgunaan narkotika
2.tawuran antar pelajar
3.perilaku seksual di luar nikah
Solusi : Adanya peran aktif setiap orang tua dengan berusaha mendekati remaja secara psikologis persuasif, yaitu dengan menciptakan suasana komunikatif yang nyaman dan penuh toleransi. Hindari bersikap otoriter, karena apabila hal itu terjadi akan membuat remaja terbelenggu dan merusak hubungan harmonis antara para remaja dan orang tuanya.